![]() |
Photo by Kenny Eliason on Unsplash |
Biar kita nggak ngomong, “Coba dari dulu tau, pasti…” makanya kita butuh yang namanya pelajaran hidup. Entah dalam bentuk pengalaman, refleksi atau nasehat dari orang lain. Semakin cepat kita mempelajari atau setidaknya menyadari sesuatu, semakin baik bagi kita. Karena hal itu bisa membantu kita menghindari kesalahan dan membuat pilihan yang lebih tepat.
Ngomongin pelajaran hidup, di tulisan ini aku mau bagi beberapa hal yang seharusnya aku sadari dan tahu sejak dulu:
Kesehatan Adalah Segalanya
Pertama, kesehatan itu lebih dari apapun. Kebanyakan dari kita menganggap remeh kesehatan. Seperti halnya menanam buah, apa yang kamu tanam itu yang kamu tuai. Percayalah di usiamu sekarang, mungkin belum terasa dan kelihatan. Kalau aku bisa mengulang waktu, aku akan terus olahraga dari kecil.
Aku percaya ini karena orang tuaku sudah sakit-sakitan. Aku belajar dari mereka. Mulailah aku berhenti merokok setelah 5 tahun, olahraga, istirahat dan yang terpenting mengatur pola makan. Iya, Bapakku kena penyakit jantung bukan karena nggak olahraga, tapi karena rokok dan pola makan. Dia terkena penyakit jantung saat main tenis meja.
Ada pepatah mengatakan, kesehatan adalah rezeki paling tinggi. Sekarang aku lebih peduli kesehatanku daripada kerjaanku. Bagaimanapun deadline dan situasi kerjaannya, aku bakal ngatur waktu untuk jaga kesehatan. Orang tua kita kalau ditanya, pilih punya duit 10 Miliar atau sehat terus, kebanyakan akan memilih sehat terus. “Kalau 20 M, boleh deh.”
Kendalikan Lingkungan, Bukan Diri Sendiri.
Dalam buku Pendidikan Kaum Tertindas bilang gini, daripada kita beradaptasi mending kita merubah situasi. Kenapa kok bukan diri sendiri? Kan stoik ngajar buat mengontrol apa yang bisa kita kontrol. Nah itu, ketika aku terlalu keras untuk mengontrol diri, banyak juga energi dan daya pikir yang dikeluarkan.
Contohnya kayak kecanduan media sosial. Aku akan menghapus media sosial dari HP, alih-alih mengontrol diri ku biar nggak berlebihan main media sosial. Langkah ini lebih baik karena untuk bermedia sosial aku harus berusaha lebih keras agar bisa. Jika di HPku ada aplikasi media sosial itu jauh memudahkan ku untuk kembali lagi ke media sosial.
Tidak Mencolok
Ketiga adalah low profile, tidak mencolok atau mencuri perhatian orang lain. Menurutku hidup akan lebih baik karena semakin kita diperhatikan orang, beban hidup akan semakin berat. Aku merasa jauh lebih tenang dan nggak bikin stress. Kadang-kadang kalau terlalu mencolok juga jadi bahan rasan-rasan.
Aku ngerasa mencolok di depan publik khususnya di media sosial, malah bikin diriku jadi orang lain. Kayak berusaha tampil yang terbaik, dan itu malah buat aku bukan siapa-siapa.
Selain itu, untungnya low profile adalah menjaga privasi. Sekarang, dunia internet sudah nggak sehat. Data kita, bahkan berupa foto-video itu sudah nggak aman lagi karena bisa jadi – Pornografi, penipuan, buzzer dan masih banyak lagi – disebarluaskan dan dijual.
Mengistirahatkan Pikiran
Kalau kamu kenal aku, sesekali aku akan tanya, “... apa itu?” Memang aku nggak tau apa-apa dan disengaja. Karena aku mengistirahatkan pikiran biar nggak banyak-banyak informasi yang masuk. Kadang aku juga lebih bodo amat ke masalah-masalah orang lain. Bukan nggak peduli, tapi memang nggak perlu dipikirin.
Menurutku otak kita terlalu lelah. Kita sering mikirin hal-hal yang bukan urusan atau kendali kita. Tapi kita sering salah kaprah soal mengistirahatkan pikiran. Scroll TikTok, main game, atau nonton film itu otak juga kerja. Yang benar adalah jalan kaki 30 menit, mandi, melamun, dan lain-lain.
Belajar Bahasa Asing Dari Kecil
Nyesel sih, kenapa cuma bisa bahasa daerah dan Indonesia. Walaupun dari SD sudah belajar bahasa Inggris, di SMP belajar bahasa Arab dan di SMA belajar bahasa Jerman. Tapi aku pengen nonton film luar tanpa baca subtitle, terus main game tanpa harus ngapalin kosa-kata, atau nggak bisa baca tweet tanpa klik terjemahkan postingan.
Dan terakhir, aku iri banget sama orang yang bisa ngomong bahasa asing. Kecuali bahasa Arab.
Makasih sudah baca…